Sejarah Saham UCID, Emiten Produsen Popok Terkenal di Jepang dan RI
Saturday, November 26, 2022       12:57 WIB

IDXC hannel - Sejarah saham (PT Uni-Charm Indonesia Tbk ) dimulai pada tanggal 11 Desember 2019, saat () memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) kepada masyarakat.
PT Uni-Charm Indonesia Tbk merupakan anak perusahaan Unicharm yang bergerak di bidang manufaktur perlengkapan pembersih sekali pakai. Untuk mendukung bisnis tersebut, perseroan akan memiliki empat pabrik di Karawang dan Mojokerto hingga akhir tahun 2021. Produk Perseroan diproduksi di bawah lisensi dan teknologi Unicharm.
Perusahaan ini didirikan pada tanggal 5 Juli 1997 sebagai perusahaan patungan antara Grup Sinar Mas dan perusahaan Jepang Unicharm dengan investasi awal 26-74%. Awalnya, saham Grup Sinar Mas di perusahaan ini dimiliki oleh PT Sinar Mas Agro Resources & Technology (SMART) Tbk, namun kemudian dialihkan ke PT Purinusa Ekapersada.
Pendirian perusahaan tersebut merupakan bagian dari ekspansi Unicharm ke negara-negara di Asia Tenggara bersama dengan Thailand dan Vietnam. Awalnya, Unicharm ingin masuk ke Indonesia melalui perusahaan patungan lainnya, Ssangyong-Unicarm Co. Oy, yang berkantor pusat di Korea Selatan namun kemudian dibubarkan.
Sesuai piagam Perusahaan, bisnis adalah Baby Care, Feminine Care dan Health Care. Saat ini bisnis utama adalah pembuatan popok bayi (MamyPoko), pembalut wanita (Charm), popok dewasa (Charm) dan popok basah (MamyPoko).
Pada 21 Desember 2019, Unicharm Indonesia resmi menjadi perusahaan publik dengan menerbitkan 20% (831 juta saham) sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran Rp 1.500 per saham. IPO senilai Rp1,25 triliun juga disebut sebagai IPO terbesar BEI tahun 2019. Kepemilikan pasca IPO terdiri dari Unicharm Corp. (59,2%), Purinusa Ekapersada (20,8%) dan masyarakat (20%).
Laporan Keuangan
PT Uni-Charm Indonesia Tbk () membukukan laba bersih Rp115,63 miliar pada semester I 2022, turun 53,06 persen dibandingkan periode yang sama 2021 sebesar Rp245,22 miliar. Akibatnya, laba per saham dilusian turun menjadi Rp28, dibandingkan Rp59 pada akhir Juni 2021. Informasi tersebut disajikan dalam laporan keuangan semester I 2022 yang diunggah ke situs Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sedangkan laba bersih meningkat 13,62 persen menjadi Rp5,061 triliun didukung penjualan kepada pihak ketiga sebesar Rp4,41 triliun, meningkat 12,32 persen dari akhir Juni 2021.
Alhasil, pendapatan dari pihak berelasi meningkat 23,1 persen menjadi 650,57 miliar rubel. Sayangnya, beban pokok penjualan naik 17,47 persen menjadi Rp4,135 triliun karena bahan baku dan produk setengah jadi naik 17,23 persen menjadi Rp3,027 triliun.
Akibatnya, laba kotor menyusut 0,85 persen menjadi Rp926,08 miliar. Beban penjualan meningkat 19,19 persen menjadi Rp590,69 miliar. Selain itu, pajak penghasilan meningkat 31,25 persen menjadi Rp105,36 miliar. Akibatnya, laba periode berjalan turun 53,06 persen menjadi Rp115,71 miliar.

Sumber : idxchannel.com